Mengenal Proses Aging, Rahasia Daging Steak yang Empuk dan Lezat

By Yussy Maulia, Rabu, 23 Juni 2021 | 10:00 WIB
Ilustrasi steak. (Shutterstock)

SajianSedap.com – SaseLovers mungkin sudah tahu bahwa teknik memasak menjadi faktor penentu kelezatan steak. Sebut saja, cara memotong daging, pengaturan suhu kompor, hingga durasi memasak. Ketiga hal tersebut menentukan tekstur daging, tingkat keempukan, dan cita rasa usai dimasak.

Namun, selain teknik memasak, ternyata ada faktor penentu lain yang bisa membuat daging steak terasa lebih empuk dan lezat, yaitu proses penyimpanan daging sebelum dipasarkan ke konsumen.

Ada istilah pelayuan atau aging, yakni proses penyimpanan daging yang bertujuan untuk menghasilkan tekstur daging yang lebih empuk dan rasa yang kuat.

Berbeda dengan daging segar (fresh beef), daging yang melalui proses aging biasanya disimpan dahulu dengan cara tertentu selama beberapa hari hingga satu bulan sebelum dijual.

Baca Juga: Konsumsi Daging Merah Bisa Jadi Bagian dari Diet Sehat, Ini Manfaatnya

Mengutip laman True Aussie Beef and Lamb, daging yang melalui proses aging menghasilkan daging dengan tekstur yang lebih lembut. Ini karena saat aging, enzim alami yang ada di jus daging memecah jaringan otot yang keras. Reaksi inilah yang membuat daging lebih tender.  

Sebagai informasi, proses aging dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pelayuan basah (wet aging) dan proses pelayuan kering (dry aging).

Keduanya pun memiliki perbedaan dari segi cara perlakuan, proses penyimpanan, dan cita rasa yang dihasilkan daging. Supaya SaseLovers lebih paham, yuk simak penjelasan berikut.

Cara penyimpanan

Dari kedua proses aging yang telah disebutkan, proses wet aging merupakan yang paling umum dilakukan oleh para pemasok daging. Selain mudah, durasi penyimpanannya pun relatif singkat.

Baca Juga: Ingin Olahan Daging Sapi Empuk dan Juicy? Ini Tips dari Chef Vania Wibisono

Pada proses wet aging potongan daging dimasukkan ke dalam plastik yang divakum untuk menghilangkan udara di dalamnya.

Kemudian, daging yang dimasukkan ke dalam plastik kedap udara tersebut disimpan dalam suhu dingin, sekitar antara 1 dan 4 derajat Celsius selama 2-14 hari, bahkan hingga lebih dari satu bulan tergantung kebutuhan.

Proses tersebut, dengan temperatur yang konstan, dilakukan untuk menjaga agar daging tetap lembap dan tidak kering. Alhasil, tekstur daging menjadi lebih lembut atau tender. Wet aging cukup popular karena tidak ada penyusutan daging yang signifikan.

Nah, jika proses wet aging dilakukan dengan menjaga agar daging tetap lembap, proses dry aging justru melakukan hal sebaliknya.

Baca Juga: Enak dan Bergizi, Coba Resep Beef and Broccoli Fettuccine ala Chef Chandra Yudasswara

Pada proses dry aging, daging sengaja dibiarkan mengering dengan cara digantung di dalam ruangan khusus dengan suhu dingin, yakni sekitar 1-3 derajat Celcius.

Saat proses dry aging berlangsung, bagian luar daging akan mengering dan ‘membusuk’. Namun, bagian tersebut justru menjaga agar cairan di dalam daging tidak keluar.

Cairan tersebut akan menghancurkan jaringan otot sehingga tekstur daging lebih lembut dan juicy.

Daging yang melalui proses dry aging pun harus berupa potongan utama atau primary cut yang besar. Sebab, bagian luar daging yang mengering akan banyak dipotong usai proses dry aging.

Baca Juga: Beli Daging Sapi untuk Dimasak, Pilih yang Frozen atau Chilled?

Proses dry aging bisa memakan waktu 7-14 hari, bahkan hingga satu bulan. Karena prosesnya yang cukup kompleks dan terdapat penyusutan, daging dry-aged pun cenderung lebih mahal daripada wet-aged.

Proses dry aging juga biasa dilakukan oleh restoran atau steakhouse kelas atas untuk meningkatkan kualitas hidangan steak yang disajikan.

Perbedaan cita rasa

Nah, meski kedua proses aging sama-sama menghasilkan tekstur daging yang lebih lembut, ternyata terdapat perbedaan dari segi rasa yang dihasilkan.

Melansir laman Aussie Meat, Jumat (4/12/2020), daging dry-aged memiliki tingkat rasa yang lebih kuat dibandingkan daging wet-aged.

Baca Juga: Sebelum Beli Daging Sapi, Yuk Ketahui Bedanya Grass-fed dan Grain-fed

Sebab, selama proses dry aging berlangsung, cairan yang terjebak di dalam daging akan terkonsentrasi sehingga menghasilkan sensasi rasa yang lebih gurih atau biasa disebut earthy.

Sementara itu, proses wet aging yang dilakukan melalui plastik kedap udara akan menjaga rasa alami daging tersebut.

Meski demikian, keduanya sama-sama nikmat untuk disulap jadi hidangan steak yang lezat.

Supaya dapat merasakan cita rasa yang terbaik, SaseLovers perlu pilih daging dengan kualitas, keamanan, dan kebersihan yang terjamin, seperti daging sapi Australia.

Baca Juga: Tips Pasti jadi Bikin Rendang Pakai Rice Cooker! Dijamin Hemat Gas dan Bisa Empuk Banget Dagingnya

Diproses melalui teknologi canggih dengan standar penjagalan dan keamanan pangan Australia, setiap produk menghasilkan daging sapi yang aman, sehat, dan bernutrisi tinggi.

Selain itu, daging sapi Australia #TrueAussieBeef yang didistribusikan di Indonesia juga sudah tersertifikasi halal sehingga aman untuk dikonsumsi.

Untuk mendapatkan informasi lainnya seputar daging sapi Australia, SaseLovers bisa kunjungi laman www.trueaussiebeefandlamb.id atau ikuti Instagram @trueaussieid.

SaseLovers juga bisa tonton lebih banyak informasi menarik seputar daging sapi Australia di Youtube True Aussie Indonesia Official.