Sejarah Cendol dan Dawet Serta Perbedaan Keduanya yang Sering Dikira Sama

By Idam Rosyda, Jumat, 22 Desember 2023 | 10:40 WIB
perbedaan cendol dan dawet (pixabay)

SajianSedap.com - Minuman manis es cendol dan es dawet tentu bukan hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia,khusunya di Jawa.

Bahkan di beberapa negara seperti dj Malaysia atau Singapura, ada sajian es cendol yang tampilannya mirip seperti dari Indonesia.

Es dawet pun menjadi minuman khas di beberapa daerah seperti dj Banjarnegara, Purworejo, Solo, hingga Jepara.

Bahkan beberapa wilayah di Jawa Timur juga memiliki es cendol.

Meski tersebar di beberapa wilayah, kira-kira bagaimana cendol dan dawet ini muncul?

Apa perbedaan antara dawet dan cendol yang sering disamakan ini?

Ada berbagai versi mengenai asal usul dawet dan cendol. 

Asal-usul Cendol dan Dawet serta Perbedaannya

Melansir dari laman p2k.stekom.ac.id, cendol dipercaya pertama kali disebutkan dengan nama dawet dalam prasasti Taji di Ponorogo pada abad ke 10,.

Kemudian dawet ditulis ulang dalam naskan Kresnayana yang berasal dari abad ke-12 pada masa kerajaan Kediri.

Minuman ini kemudian menyebar ke daerah lainnya seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagai media dakwah pada masa kesultanan Demak pada abad 15, serta turut dibawa oleh prajurit Jawa ke Melaka, Malaysia dan Singapura dengan nama Cendol.

Selain versi tersebut ada versi lain mengenai asal-usul dawet dan cendol ini.

Baca Juga: Jika Pria ini Tidak Bersandar di Pelabuhan Cirebon, Tidak Ada yang Namanya Tahu Sumedang

Catatan tentang kata cendol atau tjendol dapat ditelusuri pada banyak kamus dan buku abad ke-19 di Hindia Belanda.

Salah satu catatan tertua tentang kata tjendol yang diketahui tercantum pada Oost-Indisch kookboek atau buku resep Hindia Timur bertahun 1866.

Buku ini memasukkan resep cendol dengan judul "Tjendol of Dawet" yang menandakan bahwa cendol dan dawet digunakan secara bersinonim pada masa itu.

Dalam kamus Supplement op het Maleisch-Nederduitsch Woordenboek (1869) oleh Jan Pijnappel (Gz.), tjendol dijelaskan sebagai semacam minuman atau pasta encer yang terbuat dari sagu, sa, ntan, gula, dan garam.

Keterangan kata dalam kamus Supplement op het Maleisch-Nederduitsch woordenboek van Dr. J. Pijnappel, Gz menandakan bahwa kata " tjendol" serapan atau berasal dari bahasa Jawa.

perbedaan cendol dan dawet

Lantas apa sebenarnya perbedaan keduanya?

Menyadur dari Kompas.comn, perbedaan yang menonjol antara cendol dan dawet yakni bahan bakunya.

Cendol dan dawet sama-sama terbuat dari tepung, tetapi meggunakan jenis tepung yang berbeda.

"Kalau dawet itu dari masa lalu, sebut dalam Kakawin Kresnayana, menggunakan bahan baku tepung beras," jelas Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman dikutip dari Kompas.com.

"Sementara sampingannya seperti santan dan cairan gula merah sudah umum dari dulu," lanjutnya.

Baca Juga: Bukan Makanan Sembarangan, Ini Filosofi di Balik Sate Lilit Khas Bali

Beda dengan dawet, cendol menggunakan tepung kacang hijau atau hunkwe.

Sumber lain dari buku "Bukan Sekedar Es Cendol dan Es Dawet Biasa", karya Dewi Untari, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, juga menjabarkan perbedaan cendol dawet.

Cendol ada yang dibuat dari sagu aren, tepung beras, dan hunkwe.

Sementara itu, dawet umumnya dibuat dari hunkwe dan tepung beras saja.

Namun, biasanya dawet merupakan rebusan tepung beras.

Warna hijau diperoleh dari perasan daun pandan.

Sementara itu, pemanisnya menggunakan gula kelapa.

Santan yang digunakan sebaiknya alami dari perasan buah kelapa segar.

Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman juga mengatakan cendol dan dawet secara historis sama.

Namun daerah penyebarannya saja yang berbeda.

"Cendol dan dawet historisnya sama cuma penyebarannya saja berbeda," kata Fadly.

Baca Juga: Legenda Dibalik Kemunculan Es Pisang Ijo Khas Makassar, Unik Banget!

Sebutan cendol dekat dengan masyarakat Jawa Barat.

Sementara dawet merupakan sebutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Namun Fadly menekanan, secara rasa dan wujud dari cendol maupun dawet itu tidak ada bedanya.

Cendol dan dawet juga menyebar ke negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, hingga Thailand. Namun dawet diduga kuat berasal dari Indonesia.

Hal itu dibuktikan dengan maraknya dawet di wilayah pedesaan tempo dulu sampai detik ini.

Dawet sendiri produk pedesaan agraris.

Sebab dawet terbuat dari tepung beras.

Awalnya, orang-orang Banjarnegara dan Banyumas membuat dawet di daerah mereka.

Pada perkembangannya kemudian dawet versi kedua daerah ini menyebar luas.

Dari situlah dawet ayu khas Banjarnegara dikenal.

Pedagang dawet kini belum tentu warga asli Banjarnegara, tetapi nama dawetnya tetap dawet ayu khas Banjarnegara.

Seperti dikutip dari sebuah artikel di Harian Kompas, keterkenalan dawet ayu awalnya masih di seputar Banyumas.

Namun, belakangan pada tahun 2.000-an dawet ayu khas Banjarnegara bisa ditemukan di Medan, Bali, Lombok, bahkan di depan sebuah mal di Abepura, Papua.

Persebaran dawet ayu juga didorong adanya mobilisasi massa yang terjadi pada tahun 1980-an.

Nah terlepas dari banyaknya versi sejarah dan asal-usul dawet ini, minuman manis ini memang jadi salah satu kekayaan kuliner Indonesia.

Jika Anda ingin membuat es cendol, berikut ini resep mudah yang bisa Anda coba di rumah.

Bahan:100 gram tepung beras50 gram tepung hunkwe30 gram tepung sagu tani, dilarutkan di dalam 50 ml air500 ml air100 ml air suji (dari 50 lembar daun suji dan 2 lembar daun pandan)1/2 sendok teh garam5 tetes pewarna hijau tua2 sendok teh air kapur sirih

Bahan Kuah Santan:600 ml santan dari 1 butir kelapa1/2 sendok teh garam2 lembar daun pandan

Bahan Sirop:250 gram gula merah, sisir halus250 ml air2 lembar daun pandan1/4 sendok teh garam3 buah nangka, dipotong kotak500 gram es batu untuk pelengkap

Cara Membuat Es Cendol Hunkwe Beras:

1. Cendol, rebus air, air suji, garam, pewarna hijau tua, air kapur sirih, tepung hunkwe, dan tepung beras sambil diaduk sampai mendidih. Tambahkan larutan tepung sagu. Masak sambil diaduk sampai meletup – letup dan kental.

2. Tuang ke atas cetakan cendol. Tekan di atas wadah yang berisi air es dan es batu. Angkat dan tiriskan.

3. Kuah santan, rebus santaan, garam, dan daun pandan sambil diaduk sampai mendidih.

4. Sirop, rebus gula merah, air, daun pandan, garam, dan nangka sampai kental.

5. Sajikan cendol dengan kuah santan, sirup, dan pelengkap.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Apa Bedanya Cendol dan Dawet?

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu Soal Asal-usul Es Oyen, Ternyata Begini Kisah Kemunculannya