4 Efek Buruk yang Bisa Terjadi pada Tubuh Jika Jarang Makan Ikan, Waspada Dari Sekarang

By Amelia Pertamasari, Sabtu, 2 Maret 2024 | 18:57 WIB
Efek buruk dari jarang makan ikan. (Kompas)

SajianSedap.com - Kita sering disarankan untuk mengonsumsi ikan secara rutin.

Ini karena ikan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena kandungan nutrisinya yang luar biasa.

Ini termasuk protein, asam lemak omega-3, rendah lemak, dan berbagai kandungan mikronutrien lainnya.

Utamanya asupan omega 3 dari ikan membantu mengurangi risiko gangguan irama jantung, sumbatan pembuluh darah, serta kadar trigliserida atau lemak darah.

Kandungan omega 3 pada makanan ini juga membantu mengurangi inflamasi atau peradangan, dan memiliki efek baik pada tekanan darah.

Sayangnya, ikan jarang masuk dalam daftar makanan favorit karena sejumlah alasan, termasuk bau amis dan duri yang banyak.

Nah, hal ini bisa memberi efek buruk pada tubuh karena banyak nutrisi tubuh tak tercukupi seperti berikut ini. Yuk simak!

Efek Buruk Jarang Makan Ikan

American Heart Association menyarankan makan dua porsi ikan seminggu untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.

Konsumsi ikan diiringi asupan sumber energi seperti nasi serta zat pengatur termasuk buah dan sayuran juga menjaga kesehatan jantung dan tubuh secara keseluruhan.

Efek buruk tidak pernah makan ikan sendiri sebagian besar disebabkan oleh terlewatnya banyak kandungan nutrisi penting pada bahan pangan ini.

Orang yang jarang makan ikan mungkin tidak akan kekurangan asupan protein karena zat ini mudah didapat dari makanan lain.

Baca Juga: Sehat Tapi Air Kelapa Ternyata Bisa Timbulkan 5 Efek Buruk Ini Jika Dikonsumsi Terlalu Banyak

Namun, mereka mungkin tidak akan mendapat vitamin D dan asam lemak omega 3 yang sebagian besar berasal dari ikan. Berikut efek samping jika jarang mengonsumsi ikan:

1. Tulang rapuh dan rentan patah

Pakar diet dari International Food Information Council, Kris Sollid mengatakan, kekurangan asupan vitamin D dapat menimbulkan masalah seiring berjalannya waktu.

Vitamin D memiliki peran penting bagi kesehatan dan kekuatan tulang. Nutrisi ini berperan dalam pertumbuhan tulang pada anak, serta mencegah tulang rapuh pada lanjut usia (lansia).

Sama seperti jenis vitamin larut dalam lemak lainnya, vitamin D juga mendukung fungsi kekebalan tubuh dan pengaturan gula darah.

"Kekurangan vitamin D mengurangi penyerapan kalsium dan dapat berkontribusi pada osteoporosis, yang mengakibatkan tulang rapuh yang rentan patah," ujarnya, dikutip dari Livestrong.

2. Sering sakit atau infeksi

Kekurangan vitamin D akibat jarang makan ikan juga dapat berdampak pada tubuh yang sering sakit atau terserang infeksi.

Dilansir dari Healthline, vitamin D berinteraksi langsung dengan sel-sel yang bertanggung jawab untuk mengatasi infeksi.

Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kekurangan vitamin D dan infeksi saluran pernafasan, seperti flu biasa, bronkitis, dan pneumonia. Tinjauan pada 2020 turut menemukan, kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan beberapa penyakit akibat virus, seperti hepatitis, flu, Covid-9, dan AIDS.

3. Rambut rontok

Penelitian menunjukkan, rambut rontok mungkin dapat menjadi indikasi tubuh kekurangan vitamin D.

Secara khusus, penelitian mengaitkan kadar vitamin D yang rendah dengan alopecia areata, penyakit autoimun yang ditandai kerontokan rambut parah.

Studi lain pada 2015 terhadap 48 orang dengan kondisi ini menemukan, mengoleskan vitamin D sintetis secara topikal selama 12 minggu meningkatkan pertumbuhan rambut kembali.

Baca Juga: Mending Buru-buru Pindah Kalau Kamar Tidur Masih Sebelah Dapur, Efek Buruk ini Bisa Terjadi Kalau Tak Mau Nurut

Merujuk penelitian tersebut, kurangnya asupan vitamin D termasuk dari ikan mungkin berpotensi menimbulkan rambut rontok dan risiko kebotakan.

Guna mencegah hal ini, perlu setidaknya makan ikan dan berjemur di bawah sinar matahari untuk mendapatkan vitamin D.

4. Risiko penyakit kronis

Ahli diet sekaligus founder Nutrition Squeezed, Anna Brown menyampaikan, tak makan ikan artinya mengurangi asupan omega 3.

Ikan merupakan sumber utama dari dua jenis omega 3, docosahexaenoic acid (DHA) yang baik untuk otak, serta eicosapentaenoic acid (EPA) untuk mengurangi peradangan dan depresi.

Menurut Brown, asupan yang rendah dari keduanya dapat menghasilkan rasio omega 6 dan omega 3 yang lebih tinggi.

"Rasio idealnya yakni 1:4, antara omega 3 berbanding omega 6," kata dia.

Dia melanjutkan, rasio yang lebih tinggi antara dua omega ini terkadang dikaitkan dengan peradangan sistemik. Kondisi yang sama juga berkaitan dengan risiko penyakit kronis lebih tinggi, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan autoimun.

Namun, perlu diingat, ahli kesehatan tidak mengatakan bahwa melewatkan makan ikan akan serta-merta merusak kesehatan.

Sollid mengungkapkan, suplemen minyak ikan dapat membantu orang yang tidak mampu makan ikan karena alasan tertentu.

"Mencari nutrisi yang dibutuhkan tubuh kita dari makanan biasanya merupakan cara terbaik, tetapi jika itu tidak memungkinkan, bicarakan dengan dokter untuk melihat apakah suplemen minyak ikan tepat untuk Anda," tuturnya.

Hal senada turut diungkapkan Brown, yang mengatakan perlu mencari alternatif makanan sumber vitamin D dan omega 3 lain.

"Tidak apa-apa tak makan hidangan laut, tapi penting untuk melengkapi atau makan sumber alternatif omega 3, kalsium, dan vitamin D," tandasnya.

Baca Juga: Nyesel Kalau Telat Tahu, Mulai Sekarang Stop Meletakkan Bumbu Dapur di Samping Kompor Kalau Tak Mau Efek Buruk Ini Menghantui

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Tidak Pernah Makan Ikan?