Sampai tahun 1987 Tanjung masih dipercaya mengelola perusahaan ini.
"Dulu produksi Badak hingga 35.000 kerat per bulan. Penjualan tidak hanya di Sumatera Utara, tetapi juga sampai ke Jawa," kata Tanjung yang dibenarkan oleh Hendry Hutabarat dan Ronald Hutabarat, anak Julianus Hutabarat.
Ronald yang melanjutkan mengelola perusahaan itu menceritakan, nama Badak memang telah melekat di hati masyarakat Pematang Siantar dan Medan.
Mereka mendapatkan konsumen fanatik.
Sayang Sayang sekali produksi Badak sekarang agak berkurang.
Produksi diperkirakan hanya tinggal separuh dibandingkan dengan pada saat mereka berjaya.
Jenis rasa pun berkurang, sekarang hanya tinggal sarsaparila dan air soda.
Banyak hal yang menjadikan produksi Badak menurun.
"Isu kesehatan seperti soal bahaya minuman bersoda menjadikan konsumen berkurang," kata Hendry menyebut salah satu penyebab penurunan produksi minuman bersoda.
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR