SajianSedap.com - Banyak makanan murah yang disepelekan banyak orang.
Padahal, bisa jadi makanan tersebut memiliki manfaat yang baik bagi tubu dibandingkan makanan mahal lainnya.
Salah satunya tutut atau keong sawah.
Keong sawah atau tutut ternyata sempat naik daun dan dicari banyak orang.
Makanan yang biasanya hanya tersedia di desa ini malah jadi primadona saat di pasarkan di kota, loh.
Keong sawah, biasa disebut tutut atau kraca, sudah terkenal dengan kandungan proteinnya yang tinggi.
Namun jangan salah, tutut ternyata bisa berubah jadi racun jika diolah dengan cara yang salah, nih.
Kok bisa?
Tutut Bisa Berubah jadi Racun
Siapa yang menyangka kita juga harus memperhatikan fakta ini saat makan tutut.
Meski gampang dibuat, keong sawah ini bisa membawa bahaya.
Kenapa?
Ternyata keong sawah biasanya kotor dan penuh lumpur sehingga rawan membawa parasit dan cacing.
Keong sawah juga membawa sisa pestisida di tubuhnya sehingga membuatnya beracun.
Tapi jangan khwatir!
Anda masih tetap bisa mengonsumsi keong sawah, kok.
Cara mengolah keong sawah yang paling penting agar aman dikonsumsi adalah dengan mencuci bersih keong sawah.
Pertama, rendam keong sawah di air bersih selama 2 jam lalu sikat cangkang sampai bersih dari lumpur dan lumut.
Kedua, rebus keong sawah dengan air bersih mendidih selama 30 menit atau lebih dengan sedikit garam agar cacing dan bakterinya mati.
Setelah dua tahap pengolahan dasar tadi sudah Anda lakukan, keong sudah aman dikonsumsi.
Selanjutnya, Anda bisa mengolah keong sesuai keinginan Anda.
Anda bisa mengolahnya dengan bumbu rica seperti di Solo, atau bisa merebusnya dengan kuah kuning, semua terserah Anda.
Saat ini olahan keong sawah sedang dikembangkan karena potensinya yang besar dilihat dari harga ekonomis dan kandungan nutrisinya.
Jika diolah dengan benar, Anda bisa beralih untuk mendapat protein hewani dari keong sawah yang tentunya lebih hemat dari daging ayam maupun sapi.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Tutut Kaya Protein
Keong sawah (Pila ampullacea) adalah sejenis siput air tawar dan mudah dijumpai di sawah, parit, serta danau.
Saat musim tanam padi, banyak keong sawah bisa ditemukan karena mereka gemar menyantap tanaman padi muda.
Menurut penelitian dari Positive Deviance Resource Centre, dalam 100gram keong sawah mengandung sejumlah kandungan gizi, yaitu 12 % protein, 217 mg kalsium, 81 gram air dengan jumlah kolesterol rendah.
Kandungan vitamin pada keong sawah cukup tinggi didominasi vitamin A, E, Niacin, dan folat.
Selain itu, keong sawah juga mengandung mikronutrien berupa mineral, terutama kalsium yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Keong sawah banyak dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah di Asia Tenggara.
Di Indonesia, khususnya, banyak sekali daerah yang mengolah keong sawah menjadi makanan sehari-hari.
Contohnya di Purwokerto, keong sawah selalu jadi menu andalan berbuka puasa tiap bulan Ramadhan.
Di daerah Solo dan sekitarnya, keong sawah diolah menjadi rica-rica dan sate keong yang dijual hampir di seluruh amgkringan pinggir jalan.
Budaya mengonsumsi keong sawah memang sudah marak sejak zaman dahulu kala.
Mulanya keong sawah dikonsumsi karena rasanya yang enak dan murah, tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli karena sudah tersedia di sekitar masyarakat.
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Keong Sawah Memang Berprotein Tinggi, Tapi Ada Bahaya Mengancam Jika Salah Mengolahnya!
5 Cara Aman Hilangkan Panu di Kulit, Gak Perlu Obat Tetes yang Rasanya Panas saat Dipakai
Penulis | : | Ulfa |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR