SajianSedap.Com - Merri Aisir (43), wanita asal Payakumbuh yang memulai bisnis ini di Jakarta, 2 tahun lalu.
Awalnya, menu rendang dari kampung halamannya hanya disajikan untuk dikonsumsi sendiri. “Karena rasanya enak dan unik, saya coba jual ke beberapa teman,” kisahnya.
Ada beberapa jenis rendang yang unik, bahkan mungkin belum pernah Anda dengar atau cicipi.
Di antaranya rendang runtih (suwir), telur, singkong, rendang paru, dan rendang daun kayu.
Semuanya bergaya rendang kering khas Payakumbuh buatan sang Ibunda, Ny. Hj. Misdar (68).
Rendang runtih sebenarnya mirip dengan rendang daging, namun dagingnya disuwir-suwir dan dimasak hingga kering dan cenderung renyah.
Rasanya enak sekali karena bumbu rendangnya lebih merasuk ke daging.
Sedangkan rendang telurnya tak kalah lezat dan renyah, lo.
Jangan bayangkan telur utuh yang dimasak rendang.
Menu ini menggunakan adonan tepung dan telur yang digoreng tipis hingga renyah, lalu dimasak menjadi rendang kering, teksturnya renyah dengan rasa gurih menonjol.
Sementara rendang singkongnya menyajikan singkong yang diolah menjadi sejenis keripik renyah dan juga dimasak rendang kering.
Begitu juga rendang paru yang tersaji renyah dalam bumbu rendang yang melimpah.
Di antara sekian jenis rendang, mungkin rendang daun kayu yang paling unik.
Masakan ini menyajikan daun yang dimasak menjadi rendang kering, ternyata rasanya mirip dengan daging sapi, lo.
Saat dimasak, daun yang berbentuk seperti daun salam ini menggulung menjadi seperti rendang runtih. “Daunnya juga khusus. Namanya pudiang rimbo,” jelas Hj. Misdar.
Untuk rendang paru dan runtih, Merri menawarkan dengan harga Rp 223 ribu per kilogram.
Sedangkan rendang daun kayu, singkong, dan telur, dibanderol dengan harga Rp 123 ribu per kilogram.
Merri menjualnya dalam kemasan 500 gram dan 1 kilogram.
Aneka rendang kering ini tahan hingga 1,5 – 3 bulan.
Jadi cocok sebagai setok saat Lebaran atau untuk antaran.
Proses tradisional
Semua proses pembuatan, dan bahan dilakukan di Padang Japang, Payakumbuh, tempat asal Hj. Misdar.
Alasannya, bahan-bahan rendang di sana lebih bagus, khususnya kelapa yang konon gurih dan manis. “Kelapa Payakumbuh nggak ada yang mengalahkan,” selorohnya.
Prosesnya juga masih tradisional, misalnya memarut kelapa dengan garejo, sejenis parutan berbentuk besi seperti linggis.
Memeras santan pun unik dengan cara kacik, yaitu santan yang sudah diparut kemudian dibungkus dengan kain, lalu dijepit di antara dua papan kayu yang diduduki beramai-ramai untuk memeras santannya.
Semua rendang juga dimasak perlahan di atas kayu bakar selama 7 – 8 jam.
Itulah mengapa semua rendang produksi Payakumbuh menjadi rendang kering yang renyah dan lezat.
Bagi yang berminat, Merri juga menawarkan harga khusus jika ingin dijual lagi.
Nah, Anda tertarik?
KOMENTAR