SajianSedap.com - Banyak masyarakat Indonesia yang tentu kenal dengan makanan olahan telur bebek yang diasinkan bernama telur asin.
Ini adalah telur, biasanya telur bebek, yang telah diawetkan dengan cara merendamnya dalam larutan garam atau campuran garam dan bahan-bahan lain.
Proses pengawetan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan telur dan memberikan rasa gurih yang khas pada telur tersebut.
Setelah pengawetan selesai, telur asin dapat diolah menjadi berbagai jenis hidangan yang nikmat.
Umumnya telur asin diolah dengan direbus dan kemudian disantap langsung.
Namun tak sedikit pula yang menambahkannya pada makanan lain seperti nasi goreng, mie goreng, hingga salad.
Meski banyak daerah membuat dan menjual telur asin, makanan ini populer sebagai salah satu oleh-oleh khas Brebes, Jawa Tengah yang juga kemudian ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.
Namun selain mempunyai rasa yang gurih dan sedap, ternyata juga ada fakta-fakta menarik yang belum banyak diketahui orang-orang.
Ini termasuk sejarah dan awal bagaimana telur asin dibuat hingga alasan mengapa telur bebek digunakan.
Jadi simak berikut ini apa saja fakta telur asin.
Berikut tiga fakta telur asin yang menjadi warisan budaya Indonesia dilansir via Kompas.
Telur asin telah lama jadi bagian dari khazanah kuliner Indonesia.
Sejarah telur asin di Indonesia bahkan bisa dirunut jauh hingga masa kolonial sekitar awal abad ke-20.
Sejarawan Heri Priyatmoko menyebutkan bahwa telur asin merupakan hasil kreativitas masyarakat pesisir pulau Jawa dalam mengolah garam yang berlimpah di sekitar mereka.
“Kalau hanya telur saja enggak cukup. Karena di pesisir kan banyak sekali usaha tambak garam. Mereka mencoba untuk berkreasi, untuk variasi makanan,” kata Heri ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (10/7/2020).
Heri mengatakan bahwa catatan soal telur asin di Indonesia cenderung sulit ditemukan pada catatan sebelum abad ke-20.
Ia sendiri mengaku belum mengetahui pada abad berapa tepatnya telur asin mulai muncul di Indonesia.
Tidak banyaknya catatan mengenai telur asin di Indonesia sebelum abad ke-20 dikarenakan telur asin bukanlah makanan yang biasa dikonsumsi oleh kalangan elit.
Sebaliknya, itu menunjukkan telur asin biasa dikonsumsi oleh masyarakat pribumi kelas bawah.
“Kalau itu makanan elit, dia pasti tercatat. Kalau tidak ya itu memang makanan rakyat yang hidup di pasar tradisional,” tutur Heri.
“Dia tidak pernah muncul dalam Rijstaffel, Kembel Bujono (pessta makanan besar elit Jawa). Tidak pernah hadir di situ, itu bisa ditafsirkan selain sebagai makanan rakyat, kedua karena dia baunya amis banget,” sambung dia.
Telur asin memang cenderung punya bau yang khas dan cukup tajam.
Bau tersebut tidak disukai oleh kalangan elit bangsawan dan pemerintah kolonial Belanda.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Nasi Uduk, Makanan Khas Betawi yang Bukan Sekedar Nasi Berbumbu Saja
Alasan mengapa lebih baik menggunakan telur bebek daripada telur ayam adalah masalah rasa yang dihasilkan.
Telur bebek lebih berminyak, sehingga kuning telur bebek dapat masir. Masir adalah bertekstur seperti ada pasirnya.
Dengan mengandung banyak minyak, maka kuning telur asin juga lebih gurih jika dibandingkan dengan telur ayam biasa.
Lalu ukuran telur bebek lebih besar dibandingan telur ayam.
Pori-pori yang ada pada telur bebek dianggap lebih besar, sehingga larutan garam dalam proses membuat telur asin lebih mudah masuk ke telur.
Telur bebek juga memiliki cangkang yang lebih tebal dibandingkan telur ayam, sehingga tidak mudah retak selama proses pengasinan.
Kulit yang tebal ini bisa melindungi bagian dalam telur sehingga bisa disimpan lebih lama.
Telur bebek juga mengandung lebih sedikit air dibandingkan telur. Jadinya telur asin dengan telur bebek semakin bertahan lama.
5 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Jogja Serba Minuman, Dijamin Otentik dan Enak Banget
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR