Serba Serbi Warteg
Dilansir dari Kompas.com, Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Agnes Setyowati menjelaskan bahwa warteg sangat mudah dikenali karena memiliki ciri khas tersendiri dari segi bagunan.
Sebuah kedai warteg rata-rata berukuran 15-20 meter dan bercat biru yang menyimbolkan laut, karena Kota Tegal yang menjadi kampung halaman mereka merupakan daerah pesisir pantai.
Secara filosofis, warteg juga memiliki banyak makna simbolis terkait dengan tata letak di dalam kedainya.
Budayawan asal Tegal Yono Daryono mengatakan bahwa keberadaan dua pintu di sisi kanan dan kiri bangunan yang menjadi ciri khas warteg ternyata memiliki arti tertentu.
Penempatan pintu tersebut menjadi mengandung makna banyak rejeki karena dinilai efektif untuk mencegah antrean panjang pembeli.
Terlebih bangunan warteg yang tidak terlalu luas membuat pemanfaatan lahan yang kecil sangat diperhatikan agar pembeli dapat keluar masuk warteg tanpa harus berdesakkan.
Tidak hanya itu, penggunaan lemari kaca sebagai tempat penyajian lauk yang ditawarkan juga bertujuan memudahkan pembeli ketika memilih makanan tanpa harus berpindah tempat yang berpotensi mengganggu pembeli lainnya.
Kemudian penggunaan bangku panjang untuk pengunjung yang ingin makan di tempat dapat diartikan sebagai simbol kesetaraan (equality).
Pembeli yang datang dari berbagai kalangan dan kelas sosial dapat saling berbincang-bincang sambil menyantap hidangan warteg di bangku tersebut.
Dilansir dari laman sonora.id, filosofi juga terkandung dalam penggunaan kata “bahari” pada penamaan warteg yang dipilih oleh pemiliknya.
Ternyata hal ini juga terkait dengan Kota Tegal yang memiliki julukan sebagai Kota Bahari.
Kata Bahari adalah singkatan dari kebersihan, aman, sehat, dan rapi, yang merupakan slogan kota Tegal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Warteg, Warung Makan Legendaris yang Punya Komunitas dan Merambah Bisnis Waralaba"
Cara Mencuci Jersey Bola yang Benar, Jangan Pakai Mesin Cuci Kalau Tak Mau Rusak
KOMENTAR