Duh, Nyesel Baru Tahu Sekarang, Ternyata Kalau Lagi Ulek Cabai Tidak Boleh Ditambah Minyak Goreng Bekas

By Raka, Kamis, 19 Oktober 2023 | 11:40 WIB
Minyak bekas di atas sambal yang ternyata berbahaya (Quora)

SajianSedap.com - Makan tanpa sambal memang terasa kurang nikmat.

Mau apapun makannya, pastinya kita butuh yang pedas-pedas sebagai teman makan.

Saking senangnya, terkadang jika sedang makan di warung makan kita kerap meminta jatah lebih untuk sambal.

Bahkan saat harga cabai sedang naik tak menyurutkan masyarakat untuk tidak memborong sambal.

Salah satu sambal yang disuka adalah sambal bawang.

Jenis sambal ini kerap hadir saat mengonsumsi olahan ayam geprek.

Yang kerap jadi pemandangan unik adalah saat pedagang menaburkan minyak ke atas sambal yang diulek.

Keluarnya buih disertai asap dengan aroma khas tentu membuat siapa saja jadi makin penasaran untuk segera makan.

Tapi siapa sangka, hal tersebut perlahan membawa dampak buruk.

Bahaya Menuang Minyak Bekas

Sambal memang tak bisa dipisahkan dari minyak.

Untuk sambal terasi, biasanya kita menggoreng dulu bawang, cabai, tomat hingga terasinya dalam minyak panas.

Baca Juga: Contek Resep Enoki Goreng Tepung Sambal Bangkok Ini Kalau Ingin Buat Camilan Ala Cafe Di Rumah

Baru kemudian diulek.

Sambal bawang yang tenar belakangan juga dibuat mentah lalu hanya disiramkan minyak goreng panas di atasnya.

Hasilnya, sambal terasa segar karena aroma bawang dan cabai yang khas tapi juga nikmat di lidah.

Nah, minyak ini juga memainkan peranan penting untuk membuat sambal lebih enak, lo.

Karena itu, banyak orang sengaja menggunakan minyak sisa goreng ayam untuk membuat sambal.

Tujuannya, aroma dan rasa ayam goreng yang tertinggal dalam minyak memberikan cita rasa nikmat pada sambal.

Sambal pun jadi makin nikmat.

Tapi ternyata, hal tersebut bisa jadi langkah yang salah, lo.

Soalnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam biasanya sudah berubah menjadi minyak trans.

Pasalnya, untuk menggoreng ayam, biasanya kita menggunakan temperatur tinggii.

Nah, di atas penggorengan, temperatur tinggi mempercepat perubahan minyak yang tadinya bersifat cis (tidak berbahaya), menjadi trans (berbahaya).

Baca Juga: Jangan Sampai Lewatkan Resep Sambal Goreng Cumi Kemangi Enak Ini Sebagai Menu Pelengkap Makan Malam

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minyak trans akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan.

Seperti meningkatkan kolesterol LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total kolesterol.

Kolesterol LDL ini merupakan kolesterol jahat.

Minyak pun menjadi berisiko jika digunakan lagi.

Selain minyak, ada juga bahan yang harus diperhatikan saat membuat sambal terasi.

Yakni dan tak bukan adalah terasi itu sendiri.

Bahaya Terasi Oplosan

Ya, ayam goreng paling sering ditemani dengan sambal terasi nikmat.

Rasanya, keduanya sudah jadi teman baik sejak lama.

Tapi, tahukah kamu kalau sambal terasi bisa jadi berbahaya kalau kita tak tahu asal muasalnya?

Soalnya, belakangan banyak ditemukan terasi oplosan yang berbahaya banget bagi tubuh.

Tahun 2017 lau, Kepala UPT Pasar Sungailiat, Ahmad Suherman menemukan peredaran terasi berbahaya di pasar-pasar tradisional.

Baca Juga: Seisi Rumah Pasti Ketagihan! Suguhkan Saja Resep Otak-Otak Goreng Sambal Bangkok untuk Camilan di Akhir Pekan, Yuk!

Seperti terasi yang mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B yang mereka temukan dari hasil pemeriksaan sampel, Selasa (29/8/2017) di UPT Pasar Sungailiat.

Ternyata, terasi tersebut mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B.

Pedagang menambahkan zat pewarna ini supaya tampilan terasi lebih menarik, merah merona dan terlihat segar.

Padahal seperti kita ketahui, Rhodamin B merupakan pewarna pakaian yang berbahaya sekali kalau sampai termakan dan tertelan.

Nah, terasi dengan pewarna ini sebenarnya mudah kita kenali bedanya.

Di antaranya adalah tekstur terasi tersebut kasar, pewarna merahnya tidak merata, berwarna merah mencolok, dan keras.

"Kalau dari udang kan lembut tidak keras seperti ini. Ini ada sisik-sisik ikan di produk terasinya. Diragukanlah dia menggunakan bahan udang. Produknya juga menggunakan zat pewarna. Kalau aslinya mungkin berwarna hitam, pucat tapi karena ini pakai zat pewarna menjadi merah, warnanya biar menarik," ungkap Suherman kepada bangkapos.com.

Sedangkan produk terasi yang sudah lama tidak terjual tersebut berwarna coklat dimana zat pewarnanya sudah pudar dan terasinya mengeras.

"Keras untuk melempar kaca pecah ini," kata Suherman sambil memegang terasi berhodamin yang sudah lama.

Karena itu, proses pemilihan terasi juga penting Anda lakukan di pasaran, lo.

Terasi yang baik kualitasnya, pasti membuat masakan jadi semakin meningkat cita rasanya.

Baca Juga: Ternyata Begini Cara Katering Masak Hati Sapi Agar Tidak Keras, Pantas Sambal Goreng Kentangnya Bisa Selalu Ludes sama Ibu-ibu

Terasi yang berkualitas baik adalah terasi yang aromanya segar.

Kalau terasi udang, aroma udangnya juga harus terasa.

Dari sudut penampilan, warnanya terlihat alami, agak kusam dan tidak warna merah cerah.

Warna terasi yang terlalu cerah bisa merupakan tanda bahwa warnanya tidak alami.

Warna masakan pun terkadang menjadi tidak cerah atau kusam karena pemakaian terasi yang tidak baik.

Pertimbangan lain dalam memilih terasi, terasi harus kering, tidak basah.

Terasi yang basah akan mudah tercemar jamur dan aman untuk dimakan.

 Baca Juga: Kok Bisa Masak Pedas Tanpa Cabai? Ternyata karena Ditambah 5 Bahan Dapur Ini, No. 3 Biasa Diminum Bapak-bapak Tiap Malam