Seperti banyak makanan lainnya, konsumen mengharapkan keju yang mereka beli konsisten dari waktu ke waktu.
Namun ada kelemahan dari keseragaman ini—strain mikroba Penicillium yang digunakan untuk membuat keju ini tidak dapat bereproduksi secara seksual, sehingga harus dikloning.
Artinya, mikroba tersebut tidak tangguh dan rentan terhadap kesalahan genom.
Selama bertahun-tahun, P. camemberti mengalami mutasi yang membuatnya semakin sulit untuk dikloning, yang berarti semakin sulit untuk menciptakan brie yang kita kenal dan sukai.
Keju camembert sudah ada sejak abad ke-18.
Konon keju ini pertama kali dibuat oleh seorang wanita Normandia bernama Marie Harel yang mendapatkan tip dari seorang pendeta buronan dari Brie, salah satu pusat pembuatan keju Perancis.
Keju camembert tercipta karena adanya jamur yang Bernama Penicilium Camembert, jamur ini digunakan dalam pembuatan keju camembert.
Jamur ini dapat membuat keju ini memilik lapisan kulit putih, membantu mengembangkan rasa umami mentega yang kaya dan menimbulkan aroma seperti kaus kaki yang tidak dicuci.
Penicilium Camemberti mengalami masalah reproduksi yang sebagian besar disebabkan oleh metode produksi industri.
Seperti dikutip CNN Travel dari penelitian para ilmuwan Paris di Universitas Saclay.
Dahulu, keju camembert dan yang serupa seperti brie disimpan di ruang kering serupa goa bernama haloirs.
Dari proses penyimpanan ini akan muncul semacam garis kuning atau kadang kuning kecoklatan.