Baca Juga: Bukan Cuma Makanan, 5 Minuman Khas Imlek Ini Juga Dipercaya Membawa Keberuntungan
Ada pula irisan hekeng udang dan tepung. Semuanya diramu dalam mangkok.
Dengan harga Rp 15.000-Rp 30.000, warga sudah bisa menikmati mi buatannya yang ternama.
Haji Aman bisa menjual 700 porsi setiap hari. Saat hari besar, ia bisa membuat sampai 1.500 porsi.
Saat Imlek, banyak pengunjung dari luar kota yang datang ke warungnya, tetapi saat pandemi Covid-19 tamunya berkurang.
Suberanto Tjitra, Wakil Ketua DPRD Kota Singkawang, menuturkan, meski menyesuaikan rasa melayu, ia sebagai keturunan Tionghoa tetap menyukai masakan-masakan Tiongkok rasa lokal.
Cap cay dan kwetiau yang dimasak orang Melayu dan Madura menurutnya memiliki ciri khas tertentu yang menarik untuk dinikmati.
”Komposisi bumbu yang berbeda. Masakan Tionghoa banyak bawang putih. Kalau orang di luar Tionghoa yang memasak, bawang putih lebih sedikit dan lebih banyak daun sop,” ujar Suberanto.
Salah satu warga sedang membuat mi asin atau mi panjang umur di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Rabu (10/2/2021).
Pengajar antropologi di Universitas Tanjungpura Pontianak, Donatianus, menuturkan, perubahan bahan dan bumbu dari kuliner yang menyesuaikan selera lokal menjadi bagian dari akulturasi kuliner.
Dalam interaksi ada proses inkulturasi dan enkulturasi.
Ada pengetahuan yang masuk ke dalam salah satu kelompok. Di sisi lain, ada pengetahuan yang diberikan kepada yang lain. ”Orang Tionghoa juga bisa memasak rendang yang enak,” ujarnya.
Baca Juga: Resep Cake Lapis Jeruk Mandarin, Resep Imlek Lembut Dengan Cita Rasa Manis yang Menggoda
Melalui kuliner, antarkelompok berinteraksi. Amie, misalnya, berinteraksi dengan warga Tionghoa di sekitarnya untuk berbagi ilmu membuat choi pan. Ia juga sering bertukar ide dengan para koki (chef) dari Tionghoa dan dari berbagai kelompok.
Perubahan bahan dan bumbu dari kuliner yang menyesuaikan selera lokal menjadi bagian dari akulturasi kuliner.
Interaksi dengan koki-koki Tionghoa memberikan wawasan baru bagi warga melayu seperti Amie.
Sebagai contoh, pengolahan kulit choi pan harus dengan trik tertentu. Jika tidak, kulitnya tidak bisa tipis atau agak keras.
Kemampuannya memasak itu akhirnya membawanya sebagai pengusaha kuliner.
Begitu pula sebaliknya, koki-koki Tionghoa bisa belajar banyak tentang kuliner Melayu ataupun Dayak.
Baca Juga: 3 Cara Ampuh Membuat Lapis Legit yang Lembut Sempurna! Siap-siap Jadi Menantu Kesayangan
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Kuliner Imlek Kalbar yang Menembus Sekat Budaya"
KOMENTAR